Samar-Samar

Laurel, teman saya, menyadari bahwa ajalnya sudah dekat. Selama berminggu-minggu kami terus membicarakan surga, seperti apakah kelihatannya dan bagaimana rasanya tinggal di sana. Pembicaraan kami selalu berakhir dengan tangisan sementara kami saling memeluk dengan erat dan penuh pengharapan.

Bagian yang tersulit adalah saat kami berusaha membayangkan sesuatu yang belum pernah kami lihat, sesuatu yang hanya sedikit kami ketahui.

Lalu saya teringat akan cerita ini …

Seorang gadis muda yang berambut pirang dan bermata biru mengalamai kebutaan sejak lahir. Saat berusia 12 tahun, para dokter mampu melakukan sejenis operasi baru yang, jika berhasil, akan dapat membuatnya melihat. Hasilnya baru diketahui setelah beberapa hari. Setelah perban dibuka, kedua matanya harus dilindungi dari cahaya. Maka ia pun duduk menanti dalam kegelapan.

Selama berjam-jam sang ibu mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan putrinya mengenai apa yang dapat dilihatnya nanti. Mereka berdua begitu antusias hingga keduanya tidak cukup tidur. Tanpa henti, bahkan dalam kegelapan, mereka membicarakan setiap hal indah yang dapat mereka bayangkan, segala warna, bentuk, dan keindahan.

Akhirnya saatnya tiba. Mata gadis muda itu telah cukup kuat untuk dapat melihat ke luar jendela. Ia berdiri di sana tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Di luar jendela, hari di musim semi tampak begitu sempurna, berkilauan dan hangat disertai awan putih bak kapas yang menghiasi langit biru. Bunga-bunga yang mekar berjatuhan ke tanah bagaikan salju merah muda saat angin lembut menggoyang pohon-pohon ceri. Pohon-pohon crocus kuning tumbuh dengan bangga di sepanjang jalan setapak yang berliku-liku menembus rerumputan.

Gadis itu menoleh kepada ibunya, sementara air mata mengalir di pipinya. “Oh, Ibu. Mengapa tidak kau katakan bahwa semuanya akan begini indah?”

Saya membagikan cerita ini kepada Laurel, dengan air mata yang menggenang, “Laurel, saat ini kita duduk dalam kegelapan, namun tak lama kemudian engkau akan menanyakan kepada Allah pertanyaan yang sama dengan anak gadis itu.”

by: Alice Gray

Iman adalah seperti burung yang merasakan datangnya terang dan bernyanyi walaupun fajar belum menyingsing.

Karangan Bunga

Seseorang pernah bertanya kepada Corrie ten Boom bagaimana caranya ia bisa menghadapi segala pujian dan penghargaan yang bertubi-tubi tanpa menjadi congkak. Ia berkata bahwa ia menganggap setiap pujian sebagai bunga cantik bertangkai panjang. Ia mencium baunya sesaat, lalu meletakkannya di jambangan bersama bunga-bunga lain. Setiap malam sesaat sebelum beristirahat, ia mengambil karangan bunga cantik itu dan menyerahkannya kepada Allah sambil berkata, “Terima kasih, Tuhan, karena engkau telah mengizinkan aku mencium harum bunga-bunga ini; semuanya milik-Mu.”

Ia telah menemukan rahasia kerendahan hati yang sejati.

by: David Seamands

Tulisan di Atas Pasir

Dua orang anak sedang bermain-main di tepi pantai. Tiba-tiba, mereka bertengkar dan salah seorang anak memukul temannya hingga wajahnya menjadi biru legam. Anak yang dipukul seketika diam terpaku. Lalu, tanpa banyak bicara menulis di atas pasir: HARI INI TEMANKU TELAH MEMUKUL AKU.

Setelah itu, mereka kembali bermain dan berlari-lari. Ketika sedang asyik bermain, tiba-tiba anak yang dipukul tadi terjerumus ke dalam lubang perangkap yang dipakai untuk menangkap binatang. “Tolong … tolong!” ia berteriak minta tolong. Temannya segera menengok ke dalam lubang dan berkata,“Tunggu sebentar, aku akan mencari tali untuk menolongmu.”

Anak itu segera berlari mencari tali dan mengikatkannya pada sebatang pohon besar. Lalu, tali itu diberikan kepada temannya yang berada di dalam lubang. “Peganglah tali ini, aku akan menarikmu keluar dari lubang.” Anak yang ada di dalam lubang memegang tali yang terulur kepadanya sementara temannya sekuat tenaga mengeluarkan dirinya dari lubang.

Ketika keluar dari lubang, anak yang dipukul itu berkata, “Terima kasih kamu telah menyelamatkan aku.” Kemudian, ia segera mencari batu besar dan menulis di atas batu itu: HARI INI TEMANKU TELAH MENYELAMATKAN AKU.

Selesai menulis temannya bertanya, “Mengapa setelah aku memukulmu, kamu menulis di atas pasir dan setelah aku menyelamatkanmu, kamu menulis di atas batu?” Anak yang dipukul itu menjawab,“Setelah kamu memukul, aku menulis di atas pasir karena perbuatan buruk harus dihapuskan seperti tulisan di atas pasir yang hilang tertiup angin. Tapi ketika kamu menyelamatkan aku, aku menulis di atas batu karena perbuatan baik harus dikenang.”

Demikian juga perbuatan yang buruk harus diampuni dan dihilangkan sedangkan perbuatan yang baik harus dikenang dan dikembangkan.

Penerapan:
Tuhan Yesus mengajarkan kita agar tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi dengan kebaikan. Ia juga mengajarkan kepada kita untuk mengampuni kesalahan orang lain dan tidak mengingat-ingatnya seperti Tuhan mengampuni kita dan tidak mengingat kesalahan kita.

Ampunilah kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.

Diciptakan Untuk Berkarya

Sebuah keluarga yang kaya raya memiliki sebidang tanah yang sangat luas dan mempekerjakan banyak buruh dan pegawai. Suatu ketika, sang ayah sebagai kepala rumah tangga jatuh sakit dan meninggal dunia. Ia mewariskan tanah miliknya kepada anak laki-laki tunggalnya.

Suatu hari, anak laki-laki ini pergi berjalan-jalan mengelilingi tanah milik ayahnya yang telah diwariskan kepadanya. Ketika ia berjalan, ia melihat seorang bapak yang sedang sakit di dalam gubuk reotnya. Anak laki-laki ini mendekat dan berdoa dalam hatinya, “Tuhan, mengapa Engkau memberikan sakit yang begitu parah pada bapak ini. Kasihan sekali dia. Tolonglah dia Tuhan!”

Lalu, ia melanjutkan perjalanannya dan bertemu dengan seorang nenek yang sedang membawa beban yang sangat berat. Anak laki-laki itu memandang si nenek dan berdoa dalam hati, “Engkau kejam Tuhan, mengapa Kaubiarkan nenek ini bekerja begitu berat? Mengapa tidak menolongnya?”

Selanjutnya, ia bertemu dengan seorang anak perempuan kecil yang sedang mengais-ais tong sampah mencari makanan. Anak laki-laki itu kembali bertanya, “Tuhan, mengapa Engkau membuat gadis kecil itu kelaparan sehingga mengais-ais tong sampah untuk mencari makan?”

Akhirnya anak laki-laki itu pulang ke rumah dan ketika hendak tidur dalam doanya ia seolah-olah mendengar Tuhan berkata, “Aku telah melakukan sesuatu untuk menolong mereka. Aku telah menciptakan kamu. Apa yang telah kamu lakukan?”

Penerapan:
Allah telah menciptakan menusia serupa dengan gambar-Nya. Kita diciptakan agar dapat menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk berkarya di dunia dengan peduli dan menolong sesama yang menderita.