Radio Silence

36,400,000. That is the expected number of intelligent civilizations in our galaxy, according to Drake’s famous equation. For the last 78 years, we had been broadcasting everything about us – our radio, our television, our history, our greatest discoveries – to the rest of the galaxy. We had been shouting our existence at the top of our lungs to the rest of the universe, wondering if we were alone. 36 million civilizations, yet in almost a century of listening, we hadn’t heard a thing. We were alone.

That was, until about 5 minutes ago.

Continue reading Radio Silence

Tenyu Maru No.2

Kisah ini benar-benar nyata dan saya sempat mencari tahu keaslian kapal tersebut. Di akhir cerita saya akan mencantumkan foto kapal misterius itu beserta lokasinya. Sedikit spoiler, www.marinetraffic.com adalah situs resmi untuk mengecek keberadaan kapal dan posisi kapal dengan hanya memasukkan nama kapal. Saya sudah mengecek kapal misterius tersebut dan hasilnya… Jeng… jeng… jeng… jeng… (Symphony No.9 – Beethoven).

Marine Traffic - Tenyu Maru No.2
Marine Traffic – Tenyu Maru No.2

Anda bisa mengeceknya sendiri disini. Kapal itu memang ada dan dinyatakan hilang. Nama kapal dan penyebab hilangnya akan saya ungkap di akhir cerita.

Chapter I

Perkenalkan nama saya Fahmy, saya adalah seorang pelaut. Saya bekerja di sebuah kapal reefer buatan Jepang 1989 (kapal dengan ruang pendingin untuk menyimpan ikan). Tujuan kapal kami berlayar adalah untuk mengumpulkan ikan yang di tangkap dari kapal longline (kapal penangkap ikan). Kapal kami biasa menerima muatan ikan di laut/samudra dan biasanya kami menerima muatan ikan sampai 20 kapal. Kami tidak hanya menerima ikan, namun kadang memberi suplai makanan atau bahan bakar ke kapal longline, maklum kapal longline biasanya balik ke daratan setelah 3-6 bulan bahkan ada yang 1-2 tahun.

Continue reading Tenyu Maru No.2

Cerita Misteri #19

Namaku Mark, aku seorang pekerja kantoran. Belum lama ini aku pindah ke sebuah apartemen. Tempat ini hanya memiliki enam lantai, sepuluh kamar setiap lantai. Uniknya, nomor kamar selalu diawali dengan angka yang menunjukan lantai kamar.

Beberapa hari ini, aku tidak dapat tidur nyenyak. Selalu dengan alasan yang sama, suara bising pria dan wanita dari kamar tepat diatas kamarku. Dari suara bising mereka, aku tahu kalau mereka bertengkar, meskipun aku tidak tahu apa yang mereka ocehkan. Suara si pria selalu lantang dan membentak. Sementara suara si wanita melengking seakan tidak mau kalah.

Sudah 3 hari berturut-turut mereka begitu terus termasuk hari ini, hingga akhirnya kuputuskan mengambil sapu dan membenturkan ujung gagangnya ke langit-langit kamarku sembari berteriak, “Jangan berisik! Tidak semua orang mau mendengar ocehan kalian! Beberapa orang harus bangun pagi-pagi sekali!”

Tidak berapa lama, akhirnya mereka diam. Kukira mereka tidak akan mengulangi hal ini lagi. Tapi aku salah, esoknya mereka kembali ribut, malah lebih keras dari sebelumnya. Dengan kesal kuulangi lagi hal yang sama dengan kemarin. Anehnya suara mereka langsung hilang, tidak seperti kemarin. Akhirnya kuputuskan untuk tidur. Ketika aku baru berbaring, terdengar suara pistol 3 kali dari atas, kemudian terdengar suara pria itu berteriak dari kamarnya, “Jangan pernah menyuruhku diam, atau aku juga akan menembakmu seperti istriku!”

Tidak memakan waktu lama, aku langsung mengambil ponselku dan menelpon penjaga apartemen. Aku menjelaskan semuanya dengan panik. Betapa kecewanya aku ketika sang induk semang hanya menjawab, “Anda dari kamar 605? Tidurlah Pak, Anda hanya mimpi buruk.”

Cerita Misteri #18

Namaku Bernard dan aku seorang pencinta binatang. Di rumah, aku memiliki banyak binatang peliharaan seperti kucing Persia, anjing Bulldog, anjing Labrador yang menjadi kesukaanku, ikan koi, burung beo, dan kura-kura.

Pada suatu hari aku mendapat sebuah e-mail dari sebuah Yayasan Penangkaran Hewan. E-mail tersebut berisikan foto-foto dari hewan-hewan yang terluka dan cacat, yayasan tersebut mengklaim bahwa mereka meminta sumbangan demi menyelamatkan hewan-hewan terlantar yang tersebut.

Dengan penuh perasaan iba, kulihat satu persatu foto hewan-hewan tersebut, ada seekor rusa yang kehilangan salah satu kakinya dan penuh luka akibat diburu oleh binatang buas, ada seekor kucing yang kehilangan salah satu matanya sedangkan mulutnya seperti terkoyak, ada seekor domba yang terlihat memiliki banyak darah di telinganya, ada seekor anjing yang kehilangan dua kaki depannya, dan masih banyak lagi.

Aku pun akhirnya memutuskan untuk mengirimkan sebagian besar simpananku untuk aku sumbangkan ke yayasan tersebut. Keesokan harinya aku kembali memperoleh e-mail dari yayasan tersebut. E-mail tersebut berisikan beberapa foto dari hewan-hewan yang sebelumnya terluka atau cacat, kini ditampilkan secara bertahap sudah kembali pulih, dan menjadi sehat kembali, serta ada sebuah lampiran video. Ketika kubuka video tersebut, ber-setting di sebuah peternakan, aku dapat melihat hewan-hewan yang terluka maupun cacat pada foto-foto sebelumnya, kini mereka sudah dapat berlari-lari kesana kemari, makan, dan beraktivitas seperti biasanya, seperti mereka tidak pernah mengalami luka maupun cacat tersebut.

Namun, seminggu setelah itu, aku melihat di berita bahwa Yayasan Penangkaran Hewan tersebut ditutup secara paksa oleh pemerintah, dan pemiliknya dikenai hukuman penjara. Aku berpikir, apa yang salah dengan perbuatan baik yang dilakukan pemilik yayasan tersebut? Ia meminta sumbangan dari sesama pencinta binatang untuk menyelamatkan banyak hewan terlantar yang terluka maupun cacat.

Cerita Misteri #17

Aku bekerja sebagai tukang kayu di puncak gunung. Gunung tersebut memiliki lereng yang curam dan jarang dilewati oleh banyak orang, karena jarang sekali ada pemukiman penduduk di lereng gunung. Namun, ada desa kecil di kaki gunungnya dan disanalah tempat aku tinggal, setiap harinya aku mengendarai mobilku untuk pulang dan pergi ke tempat kerja.

Pada suatu hari, saat perjalanan pulang sehabis lelah bekerja, tiba-tiba ada sebuah mobil berwarna hitam yang hampir menabrakku dari arah yang berlawanan. Untung saja aku sempat menghindar, aku pikir bodoh sekali pengendara mobil tersebut, apa dia sedang mabuk? Beberapa meter kemudian, aku terkejut, kudapati seorang wanita sedang berdiri tepat ditengah jalurku dan sesegera mungkin kuinjak rem mobilku.

Aku buka kaca jendela mobilku dan menyapanya, “Hai! Apa yang sedang kau lakukan disana?”

Wanita tersebut lalu menengok ke arahku, dan menjawab, “Bisakah kau menolongku?”

Ketika ia memandangku, aku dapat melihat kesedihan yang terpancar di wajahnya, lalu kujawab, “Baiklah, apa yang bisa kubantu?”

Wanita tersebut berjalan menghampiriku dan mengatakan bahwa ia membutuhkan tumpangan. Lalu aku membukakan pintu mobil dan menanyakan kemana arah yang mau ditujunya.

“Apa kau melihat mobil yang melintas kearah yang berlawanan denganmu?” tanya wanita tersebut.

“Satu-satunya mobil yang kutemui dari arah yang berlawanan adalah mobil hitam yang hampir menabrakku tadi,” jawabku.

“Ya, itu maksudku!” kata wanita itu.

“Apa yang kau inginkan dari mobil itu?” tanyaku.

Kemudian wanita itu menjelaskan, “Itu adalah mobilku. Mobil itu sebenarnya berjalan tanpa awak dan sebelumnya aku mengendarai mobil itu sendirian. Lalu kusadari bahwa salah satu ban-nya bocor. Ketika aku keluar untuk memeriksa ban yang bocor tersebut, aku lupa untuk menarik rem tangan sehingga mobil tersebut meluncur di jalan miring yang lurus dan panjang ini dengan sendirinya, dan sepertinya mobilku telah berjalan cukup jauh.”

Aku tertegun setelah mendengar kisahnya. Kemudian kuputar balik mobilku untuk mengejar mobil wanita ini. Sesaat kemudian, aku melihat mobil hitam milik wanita tersebut sedang terhenti di sebuah tikungan karena menabrak pohon. Aku lalu memeriksa mobil tersebut, sepertinya kondisinya masih baik-baik saja dan layak jalan. Wanita tersebut mengucapkan terima kasih kepadaku dan kembali mengendarai mobil itu.

Sungguh pengalaman yang aneh, aku hampir ditabrak oleh mobil tanpa pengemudi, apabila lengah sedikit saja, aku bisa mati konyol.

Cerita Misteri #16

Namaku Mugi, aku berumur 9 tahun dan saya tinggal di Tokyo, Jepang saat mengalami kejadian ini. Malam itu adalah malam tahun baru, orang tuaku pergi keluar kota dan aku sendirian di rumah. Hujan salju diluar sangat lebat dan dingin, orang tuaku berkata padaku bahwa mereka tidak akan pergi lama, jadi aku menunggu kepulangan mereka di ruang tamu sambil menonton televisi. Ada sebuah jendela kaca yang besar di dekat televisi, dan dari jendela tersebut, aku dapat melihat betapa lebatnya hujan salju diluar.

Aku duduk di sofa dan tengah menonton acara TV kesukaanku, tiba-tiba aku melihat sesosok figur yang tinggi dan berbadan tegap dari luar jendela di dekat TV tersebut, dan berjalan mendekat menuju rumahku. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas karena hujan salju yang lebat. Semakin lama sosok tersebut semakin mendekat, akhirnya aku dapat melihat sosok tersebut merupakan seorang pria dan ia memegang sesuatu di tangannya yang sepertinya adalah pisau. Aku merasa sangat ketakutan, bahkan aku menutup seluruh tubuhku dengan selimut, dan kuberi ruang kecil untukku mengintip. Sosok pria tersebut kini berdiri tepat diluar jendela, dan sepertinya ia sedang menatap ke arahku. Seperti dugaanku, pria tersebut sedang membawa pisau besar, yang bisa saja membunuhku.

Dalam ketakutanku yang luar biasa itu, tiba-tiba pintu depan terbuka, dan ternyata itu adalah ayah dan ibuku yang telah pulang dari luar kota. Disaat aku melihat ke luar jendela, sosok pria tinggi dan mengerikan itu menghilang.

Aku langsung berlari dan memeluk ibuku, kemudian Ibuku bertanya, “Mengapa kau terlihat sangat ketakutan Nak?”

Aku menjawab sambil menangis di pelukannya, “Tepat diluar jendela dekat TV itu tadi, ada sesosok pria yang mengerikan dan sedang membawa pisau yang besar, sepertinya pria tersebut ingin membunuhku.”

Ibuku berkata, “Mungkin itu hanya halusinasimu saja Nak.”

“Benar, itu mungkin hanya halusinasimu saja, lagipula salju di luar sangat lebat, sangat jarang orang berjalan-jalan diluar pada saat seperti ini”, sahut ayahku.

Beberapa saat kemudian, secara kebetulan, Ayahku melihat jejak kaki bersalju di belakang sofa. Pada malam itu juga, aku dan kedua orang tuaku memutuskan untuk menginap di rumah nenekku selama beberapa hari.

Cerita Misteri #15

Aku benar-benar merindukan kakak perempuanku. Aku berumur 8 tahun dan kakakku 12 tahun. Aku hidup dalam keluarga yang sangat miskin, aku dan kakakku selalu mengenakan baju yang sama setiap harinya dan teman-teman sekolah kami selalu mengejek kami setiap waktu. Tahun lalu kakakku melarikan diri dari rumah. Walaupun kami selalu berbagi tempat tidur, dia tidak pernah mengatakan padaku bahwa ia akan melarikan diri. Jika aku mengetahuinya, aku mungkin akan memintanya untuk membawaku pergi bersamanya. Ketika aku bangun pada pagi harinya, ibuku mengatakan padaku bahwa kakakku menghilang. Orang tuaku telah mencarinya dimanapun namun tidak berhasil menemukannya.

Tidak lama setelah itu, Ibuku mengatakan padaku bahwa ia menang lotre. Ayahku mengatakan bahwa ia menemukan tiket itu di tempat pembuangan sampah. Ketika aku melihat semua uang yang ada di dalam koper, aku berpikir bahwa semua masalah kemiskinan yang kami hadapi akan berakhir. Ternyata aku salah, orang tuaku sesegera mungkin pergi ke pasar swalayan, Ayahku membeli mobil baru dan sebuah televisi yang besar. Ibuku membeli pakaian baru dan banyak perhiasan. Akan tetapi mereka tidak membelikan aku apapun.

“Apa yang terjadi ketika semua uang habis?” tanyaku kepada mereka.

“Tidak perlu cemas,” sahut Ibuku, “kami masih memilikimu.”

Aku rasa mereka benar-benar masih menyayangiku bukan?

Cerita Misteri #14

Pada suatu hari ketika aku berumur 6 tahun, adik perempuanku tidak pernah berhenti menangis, dan itu sangat menggangguku. Jadi aku bunuh adikku dan melempar mayatnya ke dalam sumur tua yang sudah tidak ada airnya. Keesokan harinya ketika aku menengok ke dalam sumur tersebut, mayatnya menghilang.

Ketika aku berumur 12 tahun. Aku sedang berdebat dengan teman baikku mengenai masalah yang sepele. Dia membuatku marah, jadi kubunuh saja dia dan melempar mayatnya ke dalam sumur tua itu. Keesokan harinya, ketika aku memeriksa sumur tersebut, mayatnya menghilang.

Ketika aku berumur 17 tahun, pacarku hamil. Dan aku tidak ingin menjadi seorang ayah, jadi kubunuh dia dan melempar mayatnya ke dalam sumur. Keesokan harinya ketika aku melihat ke dalam sumur, mayatnya menghilang.

Ketika aku berumur 25 tahun, aku bekerja pada sebuah kantor dan bosku sangat kasar terhadapku. Aku sudah tidak tahan lagi, jadi kubunuh dia dan melempar mayatnya ke dalam sumur. Keesokan harinya, mayatnya menghilang.

Ketika aku berumur 34 tahun, Ibuku sakit dan berbaring di tempat tidur sepanjang waktu. Aku tidak mau mengurusnya, jadi kubunuh Ibuku dan melempar mayatnya ke dalam sumur. Keesokan harinya ketika aku melihat ke dalam sumur, mayatnya masih berada disana. Aku selalu memeriksa ke dalam sumur itu setiap hari tetapi mayat ibuku tidak pernah menghilang.

Cerita Misteri #13

Malam ini sedang hujan deras sekali. Ketika kami sampai di suatu tempat, aku menghentikan mobilku di depan sebuah terowongan. Temanku dan aku pernah mendengar rumor dan legenda bahwa terowongan ini berhantu. Mereka mengatakan ketika mengendarai mobil dan melintasi terowongan ini pada malam hari, hal yang aneh akan terjadi. Kami kemari untuk mengetes keberanian kami dan memastikan bahwa rumor tersebut benar. Terowongan ini letaknya sangat terpencil dan tidak banyak kendaraan yang melintas. Suasana angker dan menyeramkan langsung kami rasakan begitu memasuki terowongan ini. Aku menjalankan mobil dengan pelan, berharap sesuatu yang aneh benar-benar terjadi, tetapi ketika kami mencapai ujung terowongan, kami tidak melihat sesuatu apapun yang mengerikan. Aku dan temanku kecewa.

“Ayo kita melintas lagi,” kataku.

Teman-temanku setuju dan aku memutar mobilku saat diujung terowongan. Sekali lagi, kami tidak mengalami hal yang aneh. Aku memutar mobilku di dalam terowongan beberapa kali setiap kali kami hendak mencapai ujung.

Setelah empat atau lima putaran, salah satu temanku berkata, “Lebih baik kita pulang saja teman-teman.”

Kupikir dia benar, lama-kelamaan kami menjadi bosan, dan suara hujan yang turun ke atap mobil kami semakin lama semakin mengganggu kami. Akan tetapi ada sesuatu yang aneh dengan nada bicara temanku tersebut. Tepat sebelum kami keluar terowongan, kuhentikan mobilku dan melihat kebelakang. Aku menyadari bahwa salah satu temanku tersebut menggigil dan terlihat ketakutan.

Teman-temanku yang lain menatapnya dan bertanya, “Apa yang salah denganmu? Apakah kamu melihat sesuatu?”

Lalu ia berkata, “Apa kalian tidak mendengarnya?”

“Mendengar apa?” kataku.

Setelah terdiam cukup lama, ia mengatakan, “Hujan, suara hujan ….”