The True Meaning of 42

In The Hitchhiker’s Guide to the Galaxy, the supercomputer Deep Thought is built by a race of hyper-intelligent alien beings to determine the answer to “The Ultimate Question of Life, the Universe, and Everything.”

Deep Thought determines that the answer is somewhat anticlimactically, “42.”

It sounds like a joke, but is there more to this answer?

Douglas Adams was an unabashed computer nerd and knew a heck of a lot of programming language and coding. In programming, an asterisk is commonly used to translate as “whatever you want it to be”.

In ASCII language, the most basic computer software, “42” is the designation for an asterisk. A computer, Deep Thought, was asked what the true meaning of life was. It answered as a computer would. 42 = “anything you want it to be.”

Genius.

Did You Know? #2

You can’t read in a dream because reading and dreaming are functions of different sides of the brain, which don’t cooperate during dreams.

Siapa yang doyan menyantap telur dadar tarantula?

Meski wujudnya menyeramkan, laba-laba tarantula dikenal sebagai makanan lezat oleh sejumlah masyarakat di seantero Bumi. Misalnya, tarantula panggang disantap oleh “Bushmen” alias Manusia Semak di Afrika Tengah, sementara masyarakat di Thailand Utara dikabarkan suka memanggang laba-laba, setelah kaki-kakinya dicabuti terlebih dahulu. Suka bangsa pribumi di Venezuela,  Amerika Selatan, yaitu suku Indian Piaroa, juga pemakan laba-laba. Mereka gemar menyantap tarantula berbulu raksasa pemakam burung, yang punya nama ilmiah Theraposa blondi, yang panjang kakinya bisa mencapai 25cm ketika dibentangkan, sedangkan perutnya berukuran sebesar bola tenis. Ukuran laba-laba tersebut sama dengan piring makan yang biasa kita pakai sehari-hari!

Suku Piaroa gemar berburu tarantula. Ketika mereka berhasil menangkapnya, kaki-kaki tarantula tersebut akan ditekuk ke arah berlawanan, lalu diikat di atas tubuhnya, sehingga dengan mudah dapat dibawa pulang kembali ke perkampungan. Sebelum disajikan menjadi hidangan, mereka menggunakan daun untuk membalikkan bagian perutnya, agar mereka tidak menyentuh bulu-bulunya yang dapat menyebabkan kulit gatal. Kemudian laba-laba tarantula tersebut dibungkus menggunakan sehelai daun dan dipanggang di atas bara arang. Setelah matang, mereka makan laba-laba tarantula dengan cara mencungkili dagingnya, sama seperti makan kepiting.

Cita rasa tarantula hampir mirip dengan udang. Secuil dagingnya dapat terselip di antara gigi, tapi untungnya taring tarantula yang panjang dapat digunakan sebagai tusuk gigi yang sempurna! Jika suku Piaroa berhasil menangkap seekor tarantula betina, mereka akan menekan-nekan perutnya hingga telur-telur keluar dari tubuhnya. Telur-telur itu kemudian dibungkus dalam sehelai daun dan dipanggang di atas api, menjadi hidangan telur dadar tarantula.

Menyantap laba-laba juga populer di Kamboja dan Laos. Di wilayah tersebut, laba-laba biasanya dipanggang di atas api menggunakan sejenis tusuk sate, lalu disajikan dengan garam dan sambal. Sebagian lainnya lebih suka dengan cara menggoreng laba-laba dalam mentega yang dibumbui bawang putih.

Bagaimana cara membuat sup sarang burung?

Sup sarang burung ala Cina adalah salah satu hidangan langka yang tidak saja terdengar sangat kotor, tapi kenyataanya lebih buruk daripada itu karena sulitnya mendapatkan bahan utama hidangan ini, yaitu sarang burung itu sendiri. Sejak masa Dinasti Ming (abad ke-14 hingga ke-17), hidangan sup sarang burung dikenal sebagai hidangan berkelas tinggi. Tak ada kehormatan yang lebih besar lagi bagi seorang yang menghidangkan makanan ketika melayani para tamu selain menghidangkan sup sarang burung; sup yang bernilai tinggi karena kaya kandungan nutrisi serta bermanfaat bagi kesehatan. Sup mahal dan langka ini terbuat dari sarang sejenis burung layang-layang yang hidup di langit-langit gua, yang terdapat di seluruh penjuru Asia Tenggara. Sarangnya terbuat dari air ludah burung layang-layang yang mengental menjadi padat dan menyerupai karet, sehingga dapat melekat di langit-langit gua.

Pekerjaan mengumpulkan sarang burung layang-layang dari dalam gua, yang dipenuhi kelelawar, adalah jenis pekerjaan yang sangat kuno dan berbahaya. Dikatakan kuno karena pekerjaan tersebut betul-betul hanya membutuhkan keberanian dan kekuatan fisik untuk melakukannya. Para pengumpul sarang burung layang-layang harus memanjat sangat tinggi, lalu menggunakan galah bambu panjang untuk mengambil sarang-sarang yang melekat di langit-langit gua.

Untuk membuat sup sarang burung, koki harus merebus sarang tersebut dalam air kaldu ayam dengan api kecil selama beberapa jam hingga kenyal. Setelah dimasak, sarang akan lebih mudah dikunyah walau rasanya hambar, sehingga penambahan bumbu seperti kaldu ayam kerap dilakukan. Salah satu alasan santapan ini begitu digemari dan bernilai tinggi adalah karena dipercaya bermanfaat untuk mengatasi masalah paru-paru. Selain itu, selama berabad-abad orang-orang Cina telah menganjurkan anak-anak mereka untuk menyantap sup ini karena dipercaya dapat membantu pertumbuhan.