Cerita Misteri #11

Seorang gadis bernama Lily bercerita kepada teman-temannya kalau dia memiliki rahasia gelap yang telah ia sembunyikan selama bertahun-tahun. Orang tuanya telah dibunuh ketika ia berusia 15 tahun. Ia mengatakan bahwa kakak laki-lakinya menjadi gila dan menusuk Ayah dan Ibunya hingga tewas. Teman-temannya terkejut mendengar cerita menyedihkan dari Lily tersebut.

“Aku turut prihatin mendengarnya,” kata salah satu temannya, “lalu apa yang terjadi pada kakakmu?”

“Dia langsung dibekuk polisi,” kata Lily. “Setelah melalui persidangan, pada akhirnya kakakku dijatuhi hukuman atas pembunuhan dan akan segera dieksekusi mati. Kau tidak akan percaya betapa sulitnya aku. Aku menjalani hidup dengan penuh kesedihan. Aku tidak bisa makan dan tidur, dan segera ingin melupakan kenanganku yang kelam tersebut. Hingga pada akhirnya aku mengalami depresi berat yang benar-benar membuatku gila, bahkan amnesia yang memerlukan waktu bertahun-tahun bagiku untuk pulih dan bisa menjalani hidup seperti biasa lagi.”

“Apakah kamu pernah menceritakan kisah ini pada orang lain sebelumnya?” tanya temannya.

“Tidak pernah,” sahut Lily, “aku mulai bertanya-tanya, tapi hal tersebut tidak pernah terjawab. Saat aku menemui kakakku sebelum eksekusi matinya, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia tidak pernah menjelaskan mengapa dia membunuh Ayah dan Ibu kami. Dia hanya memandangku dengan senyuman ketika eksekusi matinya dimulai.”

“Mungkin ada cara untukmu agar bisa mengetahui semua itu,” kata salah satu temannya, “terserah padamu untuk mengikutinya atau tidak, tapi aku kenal dengan seorang peramal. Dia bisa berkomunikasi dengan arwah, dan mungkin bisa membantumu mencari jawaban tersebut.”

Beberapa hari kemudian, Lily memutuskan untuk menemui sang peramal yang disarankan oleh temannya itu, dan berkonsultasi mengenai masa lalunya. Sang peramal mematikan lampunya, menyalakan lilin dan duduk dikursinya sambil menundukkan kepalanya, dan mulai masuk ke alam bawah sadarnya.

“Sekarang tanyakan padaku apapun yang kau inginkan,” bisik sang peramal.

Lily lantas menanyakan, “Apa yang membuat kakakku kehilangan akalnya?”

Dengan suara lirih sang peramal menjawab, “Sebenarnya kakak laki-lakimu itu tidak pernah gila. Dia sepenuhnya sadar.”

“Lantas apa yang menyebabkan kakakku membunuh kedua orang tuaku?” tanya Lily.

“Kakakmu sebenarnya hanya bertanggung jawab atas kematian satu orang,” jawab sang peramal.

Tiba-tiba Lily menyadari semua itu. Dia lalu meneteskan air mata dan mulai menangis tersedu-sedu.