Seorang Kakek Kehilangan Kuda

“Adakalanya kerugian menjadi awal keberuntungan; sebaliknya, keberuntungan menjadi awal kerugian.”
-50 Chinese Wisdom-

Alkisah di daerah utara China yang berbatasan dengan suku penggembala, hiduplah seorang kakek dengan anaknya. Mereka tinggal di sebuah rumah dan memelihara seekor kuda.

Suatu hari kuda mereka hilang, lari jauh melewati daerah perbatasan. Mendengar kabar ini, para tetangga berdatangan menyatakan rasa simpati dan menghibur mereka. Kakek itu berkata, “Terima kasih, Saudara sekalian. Saya pribadi beranggapan bahwa hilangnya kuda ini bukan tak mungkin dapat membawa suatu berkah.”

Beberapa bulan kemudian kudanya kembali dengan membawa seekor kuda lagi. Para tetangganya pun berdatangan untuk memberi selamat. Kali ini si kakek berkata, “Walaupun mendapatkan seekor kuda, tidak berarti hal ini suatu keberuntungan. Bisa saja kuda ini membawa bencana.”

Suatu hari, anaknya mencoba menunggang kuda tersebut, namun jatuh dan kakinya patah. Para tetangga berdatangan lagi, kali ini untuk menyatakan rasa simpati. Namun kakek itu berkata, “Bagaimana kalian yakin kejadian ini sesuatu yang buruk?”

Tidak lama setelah peristiwa itu, suku pengembara menyerang China bagian utara. Setiap pemuda yang sehat wajib ikut berperang untuk membela negara. Karena kaki anak itu patah, ia terlepas dari wajib militer dan selamatlah nyawanya. Mereka yang ikut berperang, hampir semuanya gugur.

Penerapan:

Manakah yang untung dan manakah yang rugi? Semua hal ada untung-ruginya. Oleh sebab itu janganlah terlalu bersedih bila Anda mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan, seperti kehilangan dan kegagalan. Siapa tahu hal itu merupakan awal dari suatu keberuntungan?

Kita sering mendengar istilah “untungnya Indonesia”. Istilah itu menyiratkan makna bahwa orang yang mengucapkannya melihat sisi positif peristiwa yang terjadi. Misalnya, orang yang tertabrak sepeda motor masih dibilang untung, “Untung kakinya tidak patah.” Kalau pun kakinya patah satu, masih juga dibilang untung, “Untung tidak patah dua-duanya.” Bahkan kalau kedua kakinya patah, masih juga dibilang untung, “Untung tidak mati.”

Jadi, dalam setiap ketidakmujuran masih mungkin terselip keberuntungan. Tergantung kita, apakah kita mampu melihat dan menemukan titik keberuntungan itu, atau tidak.

Kalau Anda ingin merasakan kebahagiaan, sekali-sekali Anda perlu melihat dan membandingkan keadaan diri Anda dengan keadaan mereka yang lebih menderita. Niscaya Anda akan merasa lebih beruntung, lebih berbahagia, dan lebih bersyukur.

Ketika kakek kehilangan kuda, siapa yang tahu hal itu adalah keberuntungan?